Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
mendapatkan perhatian besar dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
Kesehatan. Dari 18 indikator SPM yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan, 12
indikator diantaranya merujuk pada KIA. Menyadari masih rendahnya cakupan
pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, Dinas Kesehatan Kab. Kepl. Siau,
Tagulandang dan Biaro menyelenggarakan Workshop
Antenatal Care Terintegrasi untuk Bidan.
Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Tujuan perawatan antenatal
yaitu untuk menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas
serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya
risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap
kehamilan risiko tinggi serta menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
perinatal. Pelayanan antenatal
terintegrasi merupakan integrasi antara pelayanan antenatal rutin dengan
beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil. Workshop ini melibatkan bidan yang merupakan
ujung tombak dalam melakukan pelayanan antenal, baik di Puskesmas, Pustu,
Poskesdes, maupun Posyandu. Sekitar 20 orang bidan dari 10 Puskesmas dan 1 dari
RSUD Tagulandang ikut serta dalam workshop yang diadakan selama 3 hari dari
tanggal 5 sampai 7 Juli 2012. Workshop dibagi menjadi 2 hari pemberian materi
dan 1 hari praktek yang dilakukan di Puskesmas dan kunjungan ke rumah-rumah ibu
hamil.
Dari kegiatan
praktek pemberian layananan antenatal di Puskesmas maupun kunjungan ke
rumah-rumah ibi hamil ditemukan beberapa permasalahan, antara lain : ibu lupa
HPHT (hari pertama hari & terakhir menstruasi), ibu hamil masih kurang
paham tentang P4K (Program Persiapan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi), rendahnya
pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, masih banyak
ibu hamil yang tidak tahu golongan darahnya dan belum dapat menentukan siapa
pendonor dalam keadaan darurat, , kurangnya kesadaran ibu hamil untuk memilih persalinan
yang aman, kurangnya dukungan dari keluarga, ibu hamil tidak bisa memutuskan
sendiri tempat untuk melahirkan karena harus menunggu keputusan suami/keluarga,
kondisi ekonomi yang sulit yang membuat ibu hamil memilih untuk tidak melahirkan
di tempat pelayanan kesehatan, dan ibu hamil masih belum mengerti tentang KB
pasca persalinan.
Dari berbagai
permasalah di atas, ada beberapa isu gender yang perlu segera ditindaklanjuti
untuk bisa meningkatkan cakupan pelayanan KIA menurut SPM kesehatan. Masih
minimnya pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan serta kesadaran
untuk melahirkan secara aman di tempat pelayanan kesehatan tidak hanya
disebabkan oleh faktor ekonomi tetapi juga karena ibu hamil tidak bisa membuat
keputusan sendiri tetapi harus menunggu keputusan suami/keluarga. Utnuk
mengatasi hal tersebut, solusi yang diusulkan dalam Workshop yaitu melakukan penyuluhan
dan konseling tidak hanya kepada ibu hamil tetapi juga kepada suami dan
keluarga ibu hamil mengenai : pentingnya persiapan persalinan dan pencegahan
komplikasi, pentingnya persalinan yang aman dibantu oleh petugas kesehatan, dan
pentingnya KB pasca persalinan. Dengan
demikian, melalui kegiatan pelayanan antenatal terintegrasi yang responsif
gender diharakan akan meningkatkan cakupan pelayanan KIA seperti yang sudah
ditargetkan dalam SPM Kesehatan.
0 komentar:
Posting Komentar